Politik Alat Memajukan Bangsa

Secara pandangan luas, Politik Alat Memajukan Bangsa merupakan sebentuk mata pelajaran dan juga kesenian dalam meraih kuasa baik perihal konstitusional maupun tidak. Rumusan teori kuno oleh Aristoteles menyatakan bahwa politik sejatinya adalah segala bentuk tindakan seorang warga negara demi kemaslahatan seluruh rakyat.

Apabila kita berusaha mengetahui konsep asli dari tujuan ilmu politik tercipta, itu merupakan sebuah keputusan bijaksana dan berwawasan luas. Menguasai seni berpolitik bermanfaat bukan hanya sekedar memberi pengetahuan tentang cara sistem pemerintahan bergerak. Lebih dari itu, kemampuan melakukan negosiasi kita pun ikut terasah menjadi tajam dan tepat sasaran. Terlalu banyak manfaat baik dan bagus dari politik untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Politik Sebagai Alat Memajukan Bangsa1

Nyatanya, belakangan ini politik sering disalahgunakan sehingga melenceng jauh dari fungsinya semula. Ia sudah tidak semenarik awal kemunculannya, di mana seharusnya politik mampu membawa perubahan besar ke arah yang lebih baik pada suatu bangsa.

Para filsuf Yunani yang notabenenya merupakan kumpulan pemikir hebat pada zamannya, tidak akan menyangka bahwa politik bisa diselewengkan menjadi sesat. Ketika berada dalam tangan orang jahat, ia menjelma menjadi bencana hebat yang mengandung sifat destruktif serta kehancuran masif ke dalam kehidupan bermasyarakat. Politik kini tidak lagi bisa dipandang sebagai ilmu putih serba membawa kebaikan. Ia lebih condong ke netral, mirip sebilah pisau. Baik buruknya, tergantung keinginan si pengguna.

Sumbangsih Politik Alat Memajukan Bangsa Dalam Sejarah Kelam Umat Manusia

Kita terpaksa mesti menerima kenyataan bahwa ilmu politik juga berkontribusi terhadap sejarah kelam umat manusia di berbagai belahan dunia. Namun porsi narasi negatif jumlahnya jauh lebih banyak, tidak sebanding dengan segala manfaat baik yang dimiliki sebuah kekuatan politik. Sentimen buruk tercipta mengambil kesimpulan semena-mena, seolah ia hanya alat menyerang musuh antar partai.

Sumbangsih Politik Dalam Sejarah Kelam Umat Manusia

Sosok pemimpin yang menggilai kekuasaan dan sukses mencapai tujuannya akan publik hubungkan dengan kepiawaian berpolitik. Lebih parahnya lagi, terdapat sejumlah oknum ingin menunggangi politk sebagai sarana penciptaan drama demi mewujudkan retaknya kerukunan antar umat beragama. Ke manakah sifat asli tokoh politik yang dahulu hanya berniat mengembangkan potensi terbaiknya? Sembari membawa maksud mulia yaitu menumbuhkan sistem pemerintahan terbaik.

Kita semua sadar, memasuki masa industri 4.0 segala sesuatu akan terkoneksi dengan jagat dunia maya. Artinya, milyaran pasang mata dari manca negara dapat melihat segala kegiatan internal dalam bangsa kita. Mengumpulkan info seputar perpolitikan Indonesia menjadi hal sederhana serta tidak membutuhkan waktu khusus untuk menuntaskannya.

Gilanya, siapa saja tanpa memandang SARA dari berbagai lapisan masyarakat memiliki peluang setara untuk mendapatkan akses ke dalam nya. Kaum milenial yang juga dijuluki generasi platinum, memiliki potensi paling besar untuk menyerap semua informasi politik dari berbagai portal media.

Fenomena Kelompok Muda Yang Melek Politik

Fenomena kelompok muda yang melek politik sesungguhnya merupakan sebuah kabar baik bagi kemajuan suatu negara. Lebih lanjut, mereka justru kalau perlu sengaja dibuat terlibat karena dari situlah akan muncul bibit unggul calon pemimpin masa depan. Tapi bukan berarti golongan usia produktif slot online ini dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa ada bimbingan mengenai kebenaran berpolitik.

Fenomena Kelompok Muda Yang Melek Politik

Kelabilan tingkat emosional remaja dan dewasa muda pada masa puber yang menyukai politik dalam musik bisa menyesatkan mereka menuju jurang kegagalan. Ia sangat rentan mengambil sikap keliru dan salah paham karena terprovokasi berita bombastis seperti teori konspirasi yang liar. Ketika sudah tertanam mengakar dalam pola pikir, akan sangat sulit untuk memperbaiki pandangan mereka terhadap situasi politik.

Rasa penasaran yang tinggi akan menyebabkan generasi remaja haus ilmu pengetahuan sehubungan tema politik. Sayangnya, institusi pendidikan memandang remeh urgensi pengajaran etika sosial media. Terdorong oleh keinginan untuk menebalkan eksistensi diri, seorang remaja puber akan terpancing melihat headline berita yang menghebohkan.

Hanya dalam tempo singkat, ia sudah membagikan tautan artikel simpang siur ke berbagai ranah sosmed Instagram, Facebook, Twitter, serta Whatsapp. Efek yang ditimbulkan sangat berbahaya karena dapat menggulung bagaikan bola salju, semakin dibiarkan akan makin besar pula kekuatan merusaknya. Potret nyata tersebut sedang kita alami saat ini, pemilu 2 periode terakhir terlihat jelas masyarakat terbelah menjadi dua kubu berseberangan. Semoga Tuhan masih memberikan kemurahan hati Nya untuk Indonesia bersatu.