Trump Setuju Biden Menang Namun Menggugat Hasil Pilpres
Trump setuju Biden menang dalam sebuah cuitannya pada laman Twitter beberapa hari lalu dan langsung disambut heboh oleh netizen setempat. Ia bersikeras bawhasanya tidak akan pernah mengakui hasil pemilihan umum di Amerika Serikat walaupun sempat kedapatan menyetujui bahwa Biden memang menang.
Menurut Trump, Joe Biden bisa menang karena proses pemilu tercoreng oleh aksi kecurangan terselubung entah siapa pelakunya. Ia bahkan beraninya mengeluarkan statement sensitif dan berbahaya padahal tidak berniat menyodorkan barang bukti barang satu biji pun.
Sekitaran satu jam setelahnya, Donald Trump mendadak mengganti statementnya pada ranah Twitter bahwa ia tidak mengindahkan hasil pemilu 3 November kemarin. Trump juga melayangkan sejumlah gugatan bermuatan hukum kepada sekian banyak negara bagian di AS, namun hingga detik ia masih belum juga menyerahkan barang bukti apa saja yang dapat membantu penguatan dukungan pada klaimnya.
Seluruh gugatan Trump ke pengadilan hukum sampai sekarang tercatat masih belum membuahkan hasil berarti dan kemungkinan besar akan mengalami penolakan. Jumat 13 November lalu, barisan pengamanan terjadinya pilpres Amerika Serikat berujar bahwasanya pemilu kali ini justru yang paling aman sepanjang sejarah AS berdiri di dunia.
Tuduhan Trump sama sekali tidak berdasar karena belum ada penemuan tindak – tanduk mencurigakan yang dapat mempengaruhi hasil akhir pemilu. Beberapa bukti slot yang dapat memanipulasi hasil pemilu misalnya seperti membuang atau modifikasi suara, serta berbagai cara keji lainnya yang tertuang dalam praktek KKN.
Trump Setuju Biden Menang Hanya Click Bait Agar Twitternya Ramai
Bagaimanapun juga publik tidak terlalu peduli apakah Trump setuju Biden menang atau hanya sekedar pencarian sensasi belaka supaya menarik perhatian. Apa yang penting sekarang ini adalah Biden telah resmi memenangkan pemilihan umum sebagai seorang presiden terbaru di Amerika Serikat untuk setidaknya empat tahun ke depan.
Partai Demokrat besutan Joe Biden berhasil meraih sebanyak tiga ratus enam suara menggunakan metode electoral college. Sistem tersebut mungkin terdengar asing bagi kita, namun Amerika Serikat telah terbiasa memanfaatkan jaringan digital serta sinyal internet untuk mendukung jalannya pemilu yang lebih efisien serta ramah lingkungan.
Sebenarnya, untuk memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat maka kandidat hanya perlu mengantongi 270 suara saja. Namun karena warga AS terlalu jenuh dan muak dengan kelakuan Trump maka tidaklah mengherankan apabila hasilnya jauh melampaui harapan sehingga hampir menang telak melawan kubu Donald Trump.
Bahkan para pengamat politik yang notabene merupakan pemain judi online di SITUS JUDI SLOT JACKPOT TERBESAR berpendapat kemenangan mutlak yang dipegang oleh Biden hampir membuatnya tak terkalahkan lagi. Dengan kata lain, usaha Trump untuk mengajukan gugatan bermuatan hukum seperti misalnya hitung ulang suara sekalipun tidak akan berpengaruh secara garis besarnya.
Biden juga termasuk menorehkan prestasi karena ia sukses mengumpulkan perolehan suara organik menyentuh angka lima juta jiwa di sana. Hanya saja, Trump nampaknya ingin mencari panggung sehingga membuat drama yang menyatakan penolakannya terhadap kemenangan Joe Biden.
Mungkinkah Donald Trump Mengibarkan Bendera Putih?
Drama Twitter yang digelar yaitu Trump setuju Biden menang adalah omong kosong belaka karena ia melontarkannya secara sarkastis. Bagaimanapun, kubu Biden menganggapnya tetap sebagai pengakuan kekalahan walaupun terlihat seperti Trump terlalu gengsi untuk mengutarakannya secara terang – terangan.
Sebelum memulai pembahasannya mengenai tuduhan akan kecurangan seputar pemilu, ia mengawali dengan pernyataan bahwa Trump setuju Biden menang. Donald Trump mengubah dunia dengan berbagai macam cara, di mana salah satunya yaitu dengan melontarkan pernyataan kontroversial di Twitter yang akhir – akhir ini menjadi hobi baru untuknya.
Ia semakin berani dengan mengungkapkan pendapat liarnya bahwa Biden bisa menang karena para pengawas pemilu lalai menjalankan tugasnya. Baginya, hasil pilpres 2020 AS adalah hasil dari kerja sama media massa bersama gerakan sayap kiri yang menggiring opini masyarakat untuk percaya akan berita palsu.
Kemudian lanjutnya, efek psikologis menyebabkan publik menjadi tidak netral sehingga jauh lebih mudah menjalankan strateginya memanipulasi data secara mulus. Trump bahkan sempat membantah bahwa ia tidak pernah sekalipun mengakui kemenangan Biden karena itu merupakan hasil perbuatan jahat dan serakah oleh keinginan berkuasa.
Donald Trump hanya bisa menggonggong nyaring sementara tidak pernah dengan serius bertindak untuk memperjuangkan kemenangannya pada pilpres AS. Kemungkinan besar, tepat penurunan jabatannya pada 20 Januari 2021 nanti tidak akan membuatnya mengubah klaim tanpa dasar yang menyatakan telah tergelar sebuah kecurangan dalam bentuk ghaib.